Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan “klaim kebenaran” (truth claim) yang dianggap menjadi pemacu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horizontal, serta penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatas namakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar.
Hakikat ide pluralisme agama yang saat ini dipropagandakan di Dunia Islam melalui berbagai cara dan media. Dari ide ini kemudian muncul gagasan lain yang menjadi ikutannya seperti dialog lintas agama, doa bersama dan lain sebagainya. Pada ranah politik, ide pluralisme didukung oleh kebijakan Pemerintah yang harus mengacu pada HAM dan asas demokrasi. Negara memberikan jaminan sebenuhnya kepada setiap warga Negara untuk beragama, pindah agama, bahkan mendirikan agama baru.
Di Balik Gagasan Pluralisme
Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada sejurnlah faktor. Dua di antaranya adalah: Pertama, adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan keselamatan. Masing masing pemeluk agama juga meyakini bahwa rnerekalah umat pilihan. Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya kerenggangan, perpecahan bahkan konplik antar pemeluk agama. Karena itu, menurut mereka, diperlkan gagsan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi memicu konflik.
Kedua , faktor kepentingan ideologis dan KapitaIisme untuk meIanggengkan dominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan serta perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terus disuarakan Kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalang kebangkitan Islam.
Karena itu, jika ditinjau dari aspek sejarah, factor pertama bolehlah diakui sebagai alasan awal munculnya gagasan pluralismeagama. Namun selanjutnya, faktor dominant yang memicu maraknya isu pluralisme agama adalah niat Barat untuk makin mengokohkan dominasi Kapitalismenya, khususnya atas Dunia Islam.
Konflik Sebagaii Alasan?
Memang benar, dunia saat ini sarat dengan konflik. Namun, tidak benar jika seluruh konflik yang terjadi saat ini dipicu oleh faktor agama. Bahkan banyak konflik terjadi lebih sering berlatar belakang ideology dan politik. Dalam sekala internasional, konflik Palestine-Israel lebih dari setengah abad, misalnya, jelas bukan konflik antar agama (Islam, Yahudi dan Kristen). Sebab, toh dalam rentang sejarah yang sangat panjang selama berabad-abad ketiga pemeluk agama ini pernah hidup berdampingan secara damai dalarn naungan Khilafah Islam. Konflik Palestine-Israel ini lebih bernuansa politik yang melibatkan penjajah barat Sejarah membuktikan, konplik Palestine-lsrae, bernula ketika bangsa Yahudi (Israel) sengaja ditanamoleh penjajah inggris di jantung Palestina dalam ranka melemahkan umat Islam. Konflik ini kernudian dipelihara oleh Amerika Serikat yang menggantikan peran Inggris, untuk semakin melemahkan kekuatan umat Islam, khususnya di Timur Tengah. Pasalnya, dengan begitu Barat dapat terusmenerus menyibukkan umat Islam dengan konflik tersebut sehingga umat Islam melupakan bahaya dominasi Barat khususnya AS dan Inggris sebagai penjajah mereka.
Dalam sekala local, konflik yang pernah terjadi di Maluku atau Poso beberapa tahun lalu, mislanya, juga lebih bernuansa politik, yakni adanya campur tangan asing (yang tidak lain kaum penjajah barat untuk melemahkan Indonesia yang berpenduduk moyoritass muslim, ketinmbang berlatar belakang agama.
Sementara itu dalam sekala yang lebih luas dan global, konflik Barat-Timur (yang sering dianggap mencerminkan konflik Kristen islam) khususnya setelah peristiwa 11 september 2001, juga jelas lebih berlatar belakang ideology dan politik ketimbang agama. Memang, sesaat setelah terjadinya peristiwa 11 september, Presiden AS George W bush pernah “keseleo” dengan menyebut secara jelas bahwa Wot (War on Terrorism) sebagai Crussade (Perang Salip) baru. Lalu setelah itu AS menyerang afganitan , dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang Irak. Namun banyak pakar barat dan AS sendiri yang menjelaskan bahwa serangan militer AS sendiri yang menjelaskan bahwa serangan militer AS ke Afganistan maupun Irak bahkan lebih bermotif ekonomi (yakni demi minyak)-di samping politik (demi dominasi ideology Kapitalisme), dan bukan bermotif agama.
Karena itu, sangat tidak nyambung jika untuk menghentikan konflik-konflik tersebut kemudian dipasarkan terus gagasan pluralisme dan ikutannya seperti dialog antaragama dll. Pasalnya, akar konflikikonflik tersebut, sekali lagi, lebih bermotifkan ideology dan politik yakni dominasi Kapitalisme yang diusung Barat, khususnya AS atas Dunia Islam ketimbang berlatar-belakang agama.
Plurallisme Menurut Islam
Allah SWT berfirman:
يأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَـكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَـكُمْ شُعُوباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَـرَفُواْ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عَندَ اللَّهِ أَتْقَـكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan, kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bargsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah "(QS al-Hujurat : 13).
Ayat ini menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan keragaman suku dan bangsa serta identitas-identitas agama selain Islam (pluralitas), namun sama sekali tidak mengakui kebenaran agama-agama tersebut (pluralisme). Allah
SWT juga berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَا لَيْسَ لَهُمْ بِهِ عِلْمٌ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
"Mereka menyembah selain Allah tanpa keterangan yang diturunkan Allah. Mereka tidak memiliki ilmu dan tidaklah orang-orang zolim itu mempunyai pembela" (QS al-Hajj:71).
Ayat ini menegaskan bahwa agama-agama selain Islam itu sesungguhnya menyembah kepada selain Allah SWT. Lalu bagaimana bisa mengakui ide pluralisme yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama-sama benarnya dan menyembah kepada Tuhan yang sama?
Dalam ayat vang lain, Allah SWT menegaskan.
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
"Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam "(QS Ali 1mran [3]: 19).
Allah SWT pun menolak siapa saja yang memeluk agama selain Islam (QS Ali Imran [31: 8S) menolak klaim kebenaran semua agarna selain Islam, baik Yahudi dan Nasrani, ataupun agama-agama lainnya (QS at-Taubah [9]: 30, 31); serta memandang mereka sebagai orang-orang kafir (QS al-Majdah[5] 72).
Karena itu, yang perlu dilakukan umat Islam sesungguhnya bukan menyerukan pluralism agama apalagi dialog antaragama untuk mencari titik temu dan kesamaan. Masalahnya mana mungkin Islam yang mengajarkan tauhid (QS 5:73-77 ; QS 19:88-99; QS 112:1-4) disamakan dengan kristen yang mengakui Yesus sebagai anak Tuhan ataupun disamakan dengan agama Yahudi yang mengklaim Uzair juga sebagai anak Tuhan?! Apalagi Islam disamakan dengan agama-agama lain? Benar, bahwa eksistensi agama-agama tersebut diakui, tetapi tidak berarti dianggap benar. Artinya, mereka dibiarkan hidup dan memeluk bebas beribadah, makan, berpakaian dan menikah dengan tatacara agama mereka. Tetapi, tidak berarti diakui benar.
Karena itu, yang wajib dilakukan umat islam tidak lain adalah terus-menerus menyeru pada pemeluk agama lain untuk memeluk islamdan hidup di bawah naungan islam. Meski dengan catatan tidak boleh ada pemaksaan.
Bahaya di Balik Gagasan Pluralisme
Bahaya pertama adalah penghapusan identitas-identitas agama. Dalarn kasus Islam, misalnya, Barat berupaya mempreteli identitas Islam. Arribil contoh, jihad yang secara syar’i bermakna perang melawan orang-orang kafir yang menjadi penghaiang dakwah dikebiri sebatas upaya bersungguh-sungguh. Pemakaian hijab (jilbab) oleh Muslimah dalam kehidupan umum dihalangi demi “menjaga wilayah public yang secular dari campur tangan agama.” Lebih jauh, penegakan syariah Islam dalam Negara pun pada akhirnya terus dicegah karena dianggap bisa mengancam pluralisme. Ringkasnya, pluralisme agama menegaskan adanya sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Bahaya lain pluralisme agama adalah munculnya agama-agama baru yang diramu dari berbagai agama yang ada. Munculnya sejumlah aliran di Tanah Air seperti Ahmadiyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad, Jamaah Salamullah pimpinan Lia Eden, al- Qiyadah al- Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadeq, dll adalah beberapa contohnya. Lalu dengan alas an pluralisme Pula, pendukung pluralisme agama menolak pelarangan terhadap berbagai aliran tersebut, meski itu berarti penodaan terhadap Islam. Karena itu, wajar jika KH Khalil Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Pamekasan Jawa Timur, menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur berbahaya bagi umat Islam (Tempointeraktif,com,30/12/2009)
Bahaya lainnya, pluralisme agama tidak bisa dilepaskan dari agenda penjajahan Barat melalui isu globalisasi- Globalisasi merupakan upaya penjajah Barat untuk mengglobalkan nilai Kapitalismenya, termasuk di dalamnya gagasan “agama baru” yang bernama pluralisme agama. Karena itu, jika kita menerima pluralisme agama berarti kita harus siap menerima Kapitalisme itu sendiri.
Inilah di antara bahaya yang terjadi, yang sesungguhnya telah dan sedang mengancam kaum MUSLIM saat ini, ketika kaum Muslim kehilangan Khilafah Islamiyah sejak hampir satu abad IaIu. Padahal Khilafahlah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim yang menerapkan Islam, melindungi akidah Islam serta menjaga kemuliaan Islam dari berbagai penodaan, termasuk oleh pluralisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar